Selasa, 20 Desember 2011

Berpikir Kritis

Berpikir adalah kegiatan mental untuk menarik kesimpulan. Banyak klasifikasi dari berpikir, salah satunya adalah berpikir kritis. Berpikir kritis merupakan kemampuan untuk berpikir jernih dan rasional, yang meliputi kemampuan untuk berpikir reflektif dan independen. Berpikir kritis juga merupakan kegiatan mengevaluasi dan mempertimbangkan kesimpulan yang akan diambil ketika menentukan beberapa faktor pendukung untuk membuat  keputusan. Berpikir  kritis biasa disebut directed thinking karena berpikir langsung kepada fokus yang akan dituju. Menurut Chance (1986) berpikir kritis adalah kemampuan untuk menganalisis fakta, mencetuskan dan menata gagasan, mempertahankan pendapat, membuat perbandingan, menarik kesimpulan, mengevaluasi argumen dan memecahkan masalah.
Karakteristik yang berhubungan dengan berpikir kritis, dijelaskan Beyer (1995) secara lengkap dalam buku Critical Thinking, yaitu:
1.             Watak (Dispositions)
          Seseorang yang mempunyai keterampilan berpikir kritis mempunyai       sikap skeptis, sangat terbuka, menghargai sebuah kejujuran, respek   terhadap berbagai data dan pendapat, respek terhadap kejelasan dan ketelitian, mencari pandangan-pandangan lain yang berbeda, dan akan berubah sikap ketika terdapat sebuah pendapat yang dianggapnya baik.
2.             Kriteria (Criteria)
          Dalam  berpikir   kritis   harus  mempunyai   sebuah   kriteria   atau patokan. Untuk sampai ke arah sana maka harus menemukan sesuatu untuk diputuskan atau dipercayai. Apabila kita akan menerapkan standarisasi maka haruslah berdasarkan kepada relevansi, keakuratan fakta-fakta, berlandaskan sumber yang kredibel, teliti, tidak bias, bebas dari logika yang keliru, logika yang konsisten, dan pertimbangan yang matang.
3.             Argumen (Argument)
          Argumen adalah pernyataan atau proposisi yang dilandasi oleh data-data. Keterampilan berpikir kritis akan meliputi kegiatan pengenalan, penilaian, dan menyusun argumen.
4.             Pertimbangan atau pemikiran (Reasoning)
          Pertimbangan atau pemikiran adalah kemampuan untuk merangkum kesimpulan dari satu atau beberapa premis. Prosesnya akan meliputi kegiatan menguji hubungan antara beberapa pernyataan atau data.
5.             Sudut pandang (Point of View)
          Sudut pandang adalah cara memandang atau menafsirkan dunia ini, yang akan menentukan konstruksi makna. Seseorang yang berpikir dengan kritis akan memandang sebuah fenomena dari berbagai sudut pandang yang  berbeda.
6.             Prosedur Penerapan Kriteria (Procedures for Applying Criteria)
          Prosedur penerapan berpikir kritis sangat kompleks dan prosedural. Prosedur tersebut akan meliputi merumuskan permasalahan,   menentukan keputusan yang akan diambil, dan mengidentifikasi perkiraan-perkiraan.
Berpikir kritis merupakan salah satu proses berpikir tingkat tinggi yang bersifat konvergen dan dapat digunakan dalam pembentukan sistem konseptual siswa. Menurut Ennis dalam Costa (1985), berpikir kritis adalah cara berpikir reflektif yang masuk akal atau berdasarkan nalar yang difokuskan untuk menentukan apa yang harus diyakini dan dilakukan. Ennis dalam Costa (1985) mengidentifikasi 12 indikator berpikir kritis, yang dikelompokkannya dalam lima besar aktivitas sebagai berikut:
1.             Memberikan penjelasan sederhana, yang berisi: memfokuskan pertanyaan, menganalisis pertanyaan dan bertanya, serta menjawab pertanyaan tentang suatu penjelasan atau pernyataan.
2.             Membangun keterampilan dasar, yang terdiri atas mempertimbangkan apakah sumber dapat dipercaya atau tidak dan mengamati serta mempertimbangkan suatu laporan hasil observasi.
3.             Menyimpulkan, yang terdiri atas kegiatan mendeduksi atau mempertimbangkan hasil deduksi, menginduksi atau mempertimbangkan hasil induksi, dan membuat serta menentukan nilai pertimbangan.
4.             Memberikan penjelasan lanjut, yang terdiri atas mengidentifikasi istilah-istilah dan definisi pertimbangan dan juga dimensi, serta mengidentifikasi asumsi.
5.             Mengatur strategi dan teknik, yang terdiri atas menentukan tindakan dan berinteraksi dengan orang lain.
Pendapat yang lain dikemukakan oleh Wade (1995). Menurutnya terdapat delapan karakteristik berpikir kritis, meliputi:
1.             Kegiatan merumuskan pertanyaan
2.             Membatasi permasalahan
3.             Menguji data-data
4.             Menganalisis berbagai pendapat dan bias
5.             Menghindari pertimbangan yang sangat emosional
6.             Menghindari penyederhanaan berlebihan
7.             Mempertimbangkan berbagai interpretasi
8.             Mentoleransi ambiguitas.
Beyer (1988) dalam (Slavin, 2009 : 256) mengidentifikasi 10 indikator keterampilan berpikir kritis siswa antara lain :
1.             Distiguishing between verifiable facts and value claims
2.             Distinguish relevant from irrelevant information, claims, or reasons
3.             Determining the factual accuracy of a statement
4.             Determining the credibility of a source
5.             Identifying ambigous claims or arguments
6.             Identifying unstated assumptions
7.             Detecting bias
8.             Identifying logical fallacies
9.             Recognizing logical inconsintencies in a line of reasoning
10.         Determining the strength of an argument or claim

Dapat disimpulkan bahwa, 10 indikator keterampilan berpikir kritis siswa antara lain membedakan antara fakta dan klaim, membedakan antara informasi yang tidak relevan, klaim, dan alasan, menentukan keakuratan dari suatu pernyataan, menentukan apakah sumber dapat dipercaya atau tidak, mengidentifikasi ambiguitas dari suatu klaim atau pernyataan, mengidentifikasi asumsi yang tidak jelas atau dinyatakan, mendeteksi bias, mengidentifikasi pendapat yang keliru, mengenali penalaran yang tidak konsisten, menentukan kekuatan dari suatu pernyataan.
Beyer menyatakan bahwa sepuluh hal di atas bukan merupakan urutan dari suatu langkah tertentu melainkan lebih kepada sederetan cara yang mungkin dilakukan siswa saat mengolah informasi yang didapat untuk menentukan apakah informasi tersebut benar atau salah. Hal yang perlu dilakukan dalam mengajarkan berpikir kritis pada siswa adalah dengan membantu mereka tidak hanya mengajarkan bagaimana cara menggunakan strategi tersebut namun juga menyesuaikan saat-saat dimana strategi tersebut harus digunakan.
Dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa indikator keterampilan berpikir kritis yaitu :
1.             Memberikan penjelasan sederhana
2.             Mempertimbangkan apakah sumber dapat dipercaya atau tidak
3.             Menganalisis berbagai pendapat dan bias
4.             Mengidentifikasi ambiguitas dari suatu pernyataan 
5.               Menyimpulkan

2 komentar:

  1. 5 Cara Melatih Berpikir Kreatif

    Kreatif” hanyalah sebuah kata pendek dan sederhana. Namun, berkat pemikiran kreatif, kesuksesan besar, semisal kemajuan teknologi, industri, dan bidang lain, terjadi.

    Tidak berlebihan bila dikatakan, berpikir kreatif merupakan kunci keberhasilan.
    Lalu, bagaimana cara untuk bisa berpikir kreatif?

    Berikut ini cara yang bisa dicoba:

    - Berpikir, semua bisa dilakukan

    Yakinlah, sesuatu yang akan kita kerjakan mampu kita selesaikan. Artinya, harus optimis. Buang ungkapan bernada pesimis. Misal, ”Saya mungkin bisa mengerjakan”. Ganti dengan ungkapan penuh optimisme. Contoh, ”Saya pasti bisa mengerjakannya”, ”Bagi saya tidak ada kata menyerah!”.

    Pernyataan optimis melatih kita berani masuk ke persoalan. Pola pikir pun berkembang, karena dipaksa memeras otak untuk mewujudkan tekad itu.

    - Hilangkan cara berpikir konservatif

    Pola berpikir konservatif ditandai dengan kekhawatiran untuk menerima perubahan, meski perubahan itu menguntungkan. Karena ingin mempertahankan gaya konservatif, perubahan ditanggapi secara dingin, bahkan dipersepsikan sebagai ancaman. Karena merasa nyaman atau diuntungkan dengan cara konservatif, ketika dituntut untuk mengubah pola pikir, kita takut akan mengalami kerugian.

    Hendaknya disadari, cara berpikir konservatif memasung pemikiran kreatif karena pikiran dibekukan oleh sesuatu yang statis. Padahal dalam berpikir kreatif unsur statis semestinya dihilangkan. Mulailah berpikir dinamis, dengan terus mengolah pemikiran untuk menemukan pola pikir efektif.

    Ada tiga cara mengurangi atau menghilangkan pola berpikir konservatif.

    Pertama, terbuka terhadap masukan. Masukan adalah bahan mentah sangat berharga. Lalu, kita mengolahnya menjadi “barang jadi” lewat pemikiran kreatif. Jadi, jangan takut dengan ide, usulan, bahkan kritik. Karena semua itu merangsang kita berpikir kreatif.

    Kedua, mencoba pekerjaan atau hal di luar bidang kita. Untuk ”memperkaya” diri, pola pikir juga perlu menghadapi sesuatu yang berbeda dari biasanya.

    Ketiga, harus proaktif. Kita dituntut ”menjemput bola” dalam menghadapi sesuatu, dan bukan ”menunggu bola”. Bertindak proaktif berarti membuat diri bebas memilih tindakan, tentu berdasarkan perhitungan matang. Ini bisa terjadi kalau kita mempunyai kreativitas berpikir.

    BalasHapus