Selasa, 20 Desember 2011

Lepasnya Status Planet dari Pluto dalam Sistem Tata Surya

Dalam dunia astronomi mutakhir saat ini, Pluto dikenal sebagai sebuah planet kerdil (dwarf planet) dalam Tata Surya.  Sebelum tahun  2006,  Pluto masih menyandang status sebagai sebuah planet terkecil dan terjauh (terletak di urutan kesembilan), bersama dengan delapan planet anggota Tata Surya lainnya mengelilingi matahari.
Namun, pada sidang umum Perhimpunan Astronomi Internasional (International Astronomical Union/IAU) Ke-26 di Praha, Ibu Kota Republik Czeko, yang berakhir 25 Agustus 2006, para astronom mengumumkan perubahan definisi planet, termasuk Pluto. Para astronom sepakat Pluto statusnya bukan merupakan planet lagi, meskipun masih mempunyai sebutan ’’planet kerdil’’ (dwarf planet).
(nugraha, arya. 31 agustus 2006. Pluto bukan planet(online), ( www.wordpress.com, diakses tgl 25 november 2010)) Hal ini disebabkan Pluto mempunyai ciri-ciri yang berbeda dengan kedelapan planet dalam tata surya kita antara lain:
1.    mengorbit bintang namun dirinya sendiri bukan bintang.
2.    memiliki massa yang cukup besar dan memiliki gravitasi yang cukup sehingga mampu menarik tubuhnya dan mempertahankan bentuk bulatnya, tidak terlalu besar sehingga dapat menyebabkan fusi termonuklir.
3.    memiliki jalur orbit yang jelas dan mampu “membersihkan” jalur orbitnya dari benda langit lainnya.
Pada 7 September 2006 nama Pluto diganti dengan nomor saja, yaitu 134340. Nama ini diberikan oleh Minor Planet Centre (MPC), organisasi resmi yang bertanggung jawab dalam mengumpulkan data tentang asteroid dan komet dalam tata surya kita. Pada 1978 Pluto diketahui memiliki satelit yang berukuran tidak terlalu kecil darinya bernama Charon (berdiameter 1.196 km). Kemudian  pada tahun 2005 ditemukan lagi satelit lainnya, Nix dan Hydra Sejarah Penemuan Sejak ditemukan oleh Clyde William Tombaugh, seorang astronom muda di Observatorium Lowell, pada 18 Februari 1930, Pluto kemudian menjadi salah satu anggota dari Tata Surya yang paling kontroversial. Mungkin di Galaksi Bima Sakti ini tidak ada planet yang sekontroversi Pluto.
Penemuan Pluto sebenarnya tak lepas dari ditemukannya Planet Neptunus oleh Urbain L Verrier dan kawan-kawan. Sejak Neptunus ditemukan pada  23 September 1846, diketahui bahwa orbit Neptunus tidak sama tepat dengan yang diperoleh dari perhitungan. Beranjak dari ketidaksesuaian ini, para astronom menduga adanya planet X sebagai objek yang bertanggung jawab atas ’’gangguan’’ orbit yang terjadi.
Dengan orbitnya yang sangat lonjong, jarak Pluto ke Matahari bervariasi antara 29,34 AU (jarak terdekat) sampai 49.30 AU (jarak terjauh). Satuan astronomi (AU) adalah skala jarak dalam Tata Surya yang nilai satuannya mengambil jarak rata-rata Bumi dari Matahari, yaitu 1 AU sama dengan 149.600.000 kilometer. Sedemikian lonjongnya, orbit Pluto diketahui memotong orbit Neptunus sehingga sebagian orbit Pluto berada di sebelah dalam Neptunus. Dengan orbit yang seperti ini, Pluto pun tidak selalu menjadi planet terjauh dari matahari. Selama 1979 - 1999, rekor sebagai planet terjauh dari matahari justru dipegang oleh Neptunus, karena pada saat yang bersamaan Pluto menghabiskan sebagian waktunya mengitari matahari di sebelah dalam orbit Neptunus.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar